Pejuang Literasi

Titik Balik Belajar El

Pada umumnya kita kerap kali menyebutkan anak bawang adalah anak yang baru masuk pada tahapan tertentu. Misalnya, sebagai anak yang baru saja bergabung pada sebuah forum. Nah, karena ilmunya tentang forum itu masih sedikit maka disebutlah anak bawang kepada anak tersebut. Pada tahapan ini penulis ingin menyampaikan tentang perjuangannya dalam menebar semangat untuk menjiwakan dunia baca pada anak bawang. Eitss, bukan bawang yang biasa kamu jumpai di dapur, ya, hehe. Anak bawang yang dimaksud di sini ialah anak usia dini, ya.

Banyak anak usia dini yang sudah lekat pada gadget. Hal ini bukanlah atas dasar keinginan mereka melainkan atas contohan dari orang terdekat yang tak lain adalah orangtua. Pada masa keemasannya anak akan mencontoh hal apapun yang menjadi kebiasaan orangtua dan sekitar. Ibarat kata, anak usia dini bagaikan sebuah gelas yang kosong yang jika kita mengisinya dengan hanya kegiatan bermain gadget maka ia akan kehilangan masa kreatifnya dalam bertumbuh kembang. Karena gelas tersebut sudah penuh dengan kegiatan gadget. Bermain gadget tidak mengeluarkan tenaga yang banyak. Hal ini justru akan menutup kemungkinan bahwa anak tidak akan bergerak aktif menyerap pelajaran baru tentang kehidupan bersosial (berteman) maupun kehidupan alam (keadaan sekitar).

Begitulah hal yang sedang dirasakan oleh El, dengan napas tidak beraturan ia berlari terengah-engah dari lapangan menuju rumah dan langsung masuk ke kamar lalu membanting pintu dengan sekuat tenaga yang ia punya. Meskipun usianya baru genap 4 tahun ia telah memiliki tenaga yang lumayan kuat hingga menghasilkan suara dentuman di ruangan itu. Hari sudah mulai mendung namun ia masih ingin bermain dengan Ibnu yang ternyata ia telah mencurangi Ibnu sehingga menangis. Itu karena ia tidak pandai berteman. Hal inilah yang membuat ibunya sedikit marah karena ibu Ibnu melapor bahwa El mencuranginya.

El adalah tipe anak yang hyper active namun tidak tersalurkan dengan baik. Dalam berbicara, ia sering kali menyerap kata yang tak baik dari lingkungan sekitar. Bahkan perilakunya juga terkadang terlihat tidak bersahabat di usia kanaknya hingga mau berbuat curang. Itu semua terjadi karena kurangnya perhatian dari kedua orangtua akibat sibuk bekerja. Ketika tiba di rumah sibuk dengan ponsel. Sehingga kurang memperhatikan tumbuh kembang anak.

Terdengar dari luar ruangan suara ibunya naik satu oktaf karena tingkah anak sulungnya yang susah diatur. Sambil berjalan terseok-seok membawa perut buncitnya ia tetap mengejar anaknya menuju ke dalam kamar. Hatinya semakin panas mendengar anaknya membanting pintu. Emosinya memuncak ke ubun-ubun sehingga membuat mukanya merah padam.

Nayla adalah ibu kandung El Mubarak. Ia sangat menyayangi anaknya namun ia tipe orang yang mudah tersulut emosi hanya karena hal kecil. Sebelum mengandung si jabang bayi yang kini ada diperutnya, ia tidak begitu pemarah. Namun sekarang meningkat dua kali lipat. Bahkan pada hal sepele saja yang salah satunya ketika El lupa menutup pintu rumah sewaktu baru pulang bermain Nayla akan menjerit dari kamarnya kepada El untuk menutup pintu. Sungguh pemandangan yang menyedihkan. Faktanya memang hal ini banyak terjadi di masyarakat.

Bukankah kepada anak usia golden age tidak boleh menggunakan suara yang tinggi? Bentakan? Karena hal ini bisa berdampak kepada mental dan psikisnya. Pada masa ini harusnya orang tua berperan penting dalam mendukung tumbuh kembang anak dalam menghadapi tiga pondasi utama dalam berhubungan. Hubungan dengan Allah Subhanahu Wata’ala, hubungan dengan keluarga dan hubungan dengan masyarakat. Tiga poin ini akan membentuk karakter anak dalam menyalurkan emosi, rasa peduli dan rasa kasih sayang. Jika terlalu sering melarang anak bahkan dengan bentakan tanpa menjelaskan titik kesalahannya di mana, maka anak akan mengembangkan rasa bersalahnya yang justru berdampak pada ketidakpercayaan dirinya berkurang. Dampak lainnya anak juga jadi pemalu dan tidak kreatif lagi.

Peran orangtua harus memberikan anak kepercayaan, namun tetap memantau apa yang dilakukan oleh anak. Jika salah alangkah baiknya mengatakannya dengan suara yang normal, tak perlu bentakan, lalu menjelaskan sebaiknya seperti apa.

Banyak orang tua yang terlewat akan pendidikan ini. Mereka hanya mengikuti arus emosinya yang sudah belibet dengan pekerjaan di kantor dan ketika di rumah sudah letih, lalu melampiaskannya kepada anak. Tidak punya lagi waktu untuk bermain dengan anak, hak asuh anak diserahkan kepada pengasuh. Tak jarang anak lebih dekat kepada pengasuh ketimbang ibunya.

Nayla membuka pintu kamar dan mendapati anaknya sudah di sudut ruangan dengan keringat membasahi tubuhnya, posisi jongkok dan menunduk karena takut untuk melihat dirinya. Ia langsung memberondongi El dengan kalimat yang kurang membangun karakter anak. Ia meluapkan emosinya karena malu ditegur oleh ibu Ibnu tadi dengan alasan tidak pandai mengurus anak. Kemudian Cika datang, seketika ia langsung memeluk El yang kini tengah menjerit menangis. Rumah tersebut menjadi ribut tak menentu. Cika membawa El keluar kamar meninggalkan kakaknya dan membersihkan keponakannya tersebut. Setelah keduanya tenang El merengek minta ponsel milik Cika hendak bermain game. Miris sekali ia melihat keponakannya sudah menjadi pecandu game.

Cika adalah adik dari Nayla yang notabene adalah tante dari El. Kehobiannya membaca membuat dirinya tertarik untuk membagikan ilmunya kepada keponakannya yang sudah tak terkendali dalam bermain gadget. Setiap ketemu, El selalu meminta untuk meminjam ponsel dan yang dibuka adalah permainan. Jika Cika sedang terlupa, El bahkan mampu bermain game sampai 2 jam lebih. Ia tahu bahwa keponakannya ini hanya kurang tepat dalam menyalurkan kekreatifannya. Ia bertekad hendak menjadikan keponakannya cerdas dalam belajar.

Bukan hal mudah untuk mengajak anak yang sudah candu pada ponsel untuk gemar membaca. Cika sampai mengeluarkan cara unik untuk menarik perhatian El. Ia bahkan membuat gambar hewan dari kertas karton yang telah diwarnai sesuai dengan gambar hewan tersebut, lalu memberinya batang dari bambu untuk dijadikan alat peraga dalam bercerita. Di tengah kesibukannya ia tetap meluangkan waktu untuk terus memantau kemajuan ketertarikan El pada buku. Bahkan ia relakan uangnya yang untuk membeli buku yang ditunggunya hanya untuk membeli beberapa alat lukis dan medianya yang kemudian untuk menarik perhatian El.

El sangat senang dengan melukis. Dari pantauan Cika, El lebih suka kepada sesuatu yang banyak gambarnya dan juga full colour. Ia bisa lebih berekspresi dengan tinta cat tersebut walaupun hasilnya belum maksimal. Ia hanya melukis sesuai apa yang diimajinasikannya. Berhubung El tidak pandai dalam menyampaikan emosi terhadap teman Cika sampai memutar otak untuk mendapatkan ide yang cemerlang. Akhirnya ia menemukannya. Ia akan membuka taman bacaan di rumahnya. Tapi? Dari mana semua bukunya?

Ia putuskan untuk pergi ke perpustakaan umum daerah dan hanya diperbolehkan meminjam tiga buah buku. Ia memanfaatkan hal ini dengan sebaik mungkin. Ia mencari buku yang benar benar pas untuk pembentukan karakter dan juga berbau agama serta buku serial parenting untuk orangtua yang akan diberikan kepada kakaknya. Ia menemukannya, ketika sore hari ia memanggil beberapa anak tetangga yang seumuran dengan El bahkan ada yang sudah sekolah untuk hadir ke rumahnya pada sore hari karena ia hendak mengajak anak-anak tersebut bercerita. Hari pertama hanya 2 orang yang datang bersama El jadi 3 orang. Ia mulai bercerita dengan alat peraganya. Cika yang tidak pernah melakukannya sebelumnya jadi kaku bahkan ia berkali kali mesti lihat buku karena takut salah penyampaian.

Mood anak-anak sedang baik. Mereka fokus pada cerita yang disampaikan Cika. Namun mood mereka tiba-tiba hancur karena ada tamu yang datang. Mereka jadi tidak konsentrasi bahkan kabur meninggalkan Cika dan El. El yang melihat kedua temannya kabur ia juga ikut lari mengejar temannya.

Berulang kali Cika mengadakan baca cerita dongeng di depan rumahnya. Namun hanya satu dua yang hadir. Mungkin Cika kurang menarik dalam bercerita, pikirnya. Ah, semangat Cika ini demi El. Setelah menemukan lagi ide yang brilliant, tanpa pikir panjang ia langsung mulainya dengan sepenuh hati. Ia mendekor halaman rumahnya dengan beberapa hiasan seperti lokal anak TK, penuh dengan beberapa warna. Kemudian beberapa anak jadi tertarik untuk hadir. Bahkan ketika belum waktunya bercerita tiba anak-anak bahkan sudah datang berbondong-bondong untuk mendengarkan cerita.

El awalnya sering terlibat konflik dengan anak-anak yang hadir, namun bisa di atasi karena Cika lumayan mengerti jiwa anak-anak. Kini El sudah terbiasa dengan kehadiran teman-temannya dan ia juga sudah bisa mengontrol ucapannya agar tidak berkata kasar hasil serapannya dari orang sekitar rumahnya.

Kini ia lebih sering menghabiskan waktu di rumah Cika dengan banyak bertanya tentang berbagai macam cerita. Cerita favoritnya ialah Kisah Anak Durhaka Si Malin Kundang dan Kisah Putri Pemerah Susu Kambing yang Menjadi Menantu Umar Bin Khattab. El jadi sangat suka susu kambing akibat cerita tersebut yang kemudian dimodifikasi Cika untuk menambah kesan lezatnya sehingga yang mendengar jadi tertarik mencoba susu kambing. El juga tidak mau menjadi anak durhaka seperti Malin.

Dengan adanya perkembangan baik pada El, Cika merasa sudah mulai mampu untuk memegang kendali terhadap El. El menjadi lebih terarah dan terbuka. Tidak mau lagi mengganggu teman dengan kasar. Sekarang Cika fokus bagaimana meningkatkan rasa cinta El kepada calon adiknya. Karena jika ditanya ia tak mau punya adik. Itu adalah tantangan baru, karena Cika harus banyak menceritakan tentang kebahagiaan mempunyai adik.

Untuk kakaknya, Nayla, awalnya hanya mengabaikan buku parenting yang diberikannya. Namun Cika tak hilang akal, ia kerap mengirim potongan tulisan berupa tentang cara mendidik anak usia dini ke dalam story Whatsapp ataupun Instagram yang bertujuan agar dilihat kakaknya. Karena ia tau bahwa kakaknya juga tak bisa lepas dari ponsel. Berangsur-angsur akhirnya ia bisa lebih menahan emosinya karena sudah memasuki usia kandungan 8 bulan tidak baik marah-marah. Hubungan El dan ibunya sudah membaik dan lebih harmonis, mereka selalu video call dengan ayah El yang sedang bekerja di luar kota.

Sudah hampir dua minggu Cika tak mengadakan membaca dongeng bersama karena kota mereka sedang tertimpa musibah banjir yang mencapai se-dada orang dewasa. Semoga banjir ini segera menyurut. Aamiin Allahumma Aamiin.

BIODATA TOKOH DAN PENULIS

Nama Lengkap : Sri Rezeki
Tempat dan Tanggal Lahir : Tanjung Balai ,21 Oktober 1997
Domisili : Jln. Durian Lk. 1, Kabupaten/Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara
WA : 082362366735
Instagram : @sullenloadisfull

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *