Bilik Pustaka

Motelali: Inovasi dalam Upaya Meningkatkan Mutu Perpustakaan Desa dan Mutu Literasi

Pendidikan adalah hal terpenting bagi setiap negara untuk dapat berkembang pesat. Negara yang hebat akan menempatkan pendidikan sebagai prioritas pertamanya. Karena dengan pendidikan kemiskinan pada rakyat di negara tersebut akan dapat tergantikan menjadi kesejahteraan. Pendidikan adalah hal pokok yang akan menopang kemajuan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas dan sistem pendidikan yang ada. Tanpa pendidikan, suatu negara akan jauh tertinggal dari negara lain.

Kualitas pendidikan di Indonesia dewasa ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan diantaranya oleh data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Diantara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke 102 pada 1996, ke 99 pada 1997, ke 105 pada 1998, dan ke 109 pada 1999.

Menurut survei Political and Economic Risk Colsultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 12 negara di Asia. Posisi itu berada dibawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000) Indonesia memiliki daya saing yang rendah, hanya menduduki urutan ke 37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003), bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya 8 sekolah saja yang mendapatkan pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya 8 sekolah yang mendapatkan pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP). Dan, dari 8.036 SMA ternyata hanya 7 sekolah saja yang mendapatkan pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).

Jika carut marut pendidikan terus didomplengi tujuan-tujuan di luar “mencerdaskan kehidupan bangsa”, maka nasib negara ini hanya akan tinggal menunggu saat kehancurannya. Harus ada pioneer-pioneer baru yang cinta terhadap dunia pendidikan, sehingga dengan kecintaannya tersebut dapat membarakan pentingnya belajar dan bersekolah di dada semua warga Indonesia. Harus ad agent of change yang peduli terhadap nasib bangsa, sehingga dengan kepeduliannya tersebut dapat mengubah wajah pendidikan Indonesia menjadi lebih baik.

Permasalahan yang dialami oleh siswa di Indonesia salah satunya adalah minat dan kebiasaan membaca, menulis, menyimak serta berpikir kritis sangatlah rendah, hal ini di dukung dari penelitian tentang uji literasi siswa di Indonesia yang dilakukan oleh lembaga literasi dunia seperti:

  1. Data PIRLS 2011, uji literasi membaca yang mengukur aspek memahami, menggunakan, dan merefleksikan hasil membaca dalam bentuk tulisan, Indonesia menduduki urutan ke 45 dari 48 negara peserta dengan memperoleh skor 428 dari skor rata-rata 500.
  2. Data UNESCO, kebiasaan membaca masyarakat Indonesia berada pada kategori rendah, bahwa hanya 1 dari 1000 orang masyarakat Indonesia yang membaca.
  3. Data PISA 2009, uji literasi membaca dalam PISA (Programme for International Student Assesment) 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke 57 dari 65 negara dengan memperoleh skor 396 (skor rata-rata OECD 493).
  4. PISA 2012 peringkat Indonesia menurun yaitu berada pada peringkat ke 64 dari 65 negara dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496).

Adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan semangat literasi di pedesaan diantaranya: menggunakan metode yang umum sebagai berikut :

  1. Sosialisasi Kebutuhan Informasi Masyarakat melalui ceramah yang dimaksudkan untuk menyampaikan informasi untuk materi yang bersifat umum dan teoritis, dalam hal ini materi sosialisasi berupa pengenalan perpustakaan desa dan literasi informasi.
  2. Metode Dialogis, dimaksudkan untuk tanya jawab dan diskusi tentang menguasai kemampuan literasi informasi yang terdiri dari literasi digital, media, budaya, kebangsaan dan lain-lain serta menjaring kebutuhan masyarakat yang sekiranya bisa dilakukan pemuda untuk membantu mewujudkannya.
  3. Metode Pelatihan dan pendampingan, dimaksudkan untuk menanamkan kecakapan literasi informasi dan pengelolaan perpustakaan agar kelak pemuda desa mampu memberikan bimbingan pada pengguna terkait sumber-sumber informasi di perpustakaan maupun di internet. Luaran yang dihasilkan dalam program rintisan melalui pemberdayaan pemuda ini adalah berdiriya sebuah perpustakaan desa yang kelak pengelolaannya akan dilanjutkan oleh pemuda dengan dukungan penuh pemerintah desa sehingga tahun depan ditergetkan akan turut berpartisipasi dalam lomba perpustakaan desa.

Membaca-menulis (literasi) merupakan keniscayaan di era modern saat ini. Proses untuk meraih sukses diyakini berawal dari faktor ini. Membaca adalah melihat keluar, menyelami elemen di luar diri untuk kemudian merasa ke dalam alam pikiran yang menjadi pembendaharaan hidup. Menulis adalah kegiatan berbagi, bersedekah dan menabur mutiara kehidupan bagi orang lain. Itulah sebabnya, di dunia pendidikan, membangkitkan semangat literasi di kalangan remaja dan mahasiswa menjadi aspek yang sangat penting dan krusial dalam rangka mempersiapkan anak didik menghadapi berbagai tantangan di masa mendatang tak terkecuali di pedesaan.

Dalam rangka membangkitkan semangat literasi di kalangan remaja dan mahasiswa, dunia pendidikan di Indonesia masih menghadapi beberapa persoalan krusial yang perlu mendapat perhatian serius, misalnya:

  1. Harga buku yang tinggi
  2. Bahan bacaan yang sulit diakses
  3. Menurut informasi bahwa dari 250 ribu lebih sekolah di Indonesia, hanya 5% yang memiliki perpustakaan memadai.
  4. Perpustakaan yang ada di sebagian kabupaten/kota memiliki tingkat kunjungan pembaca yang rendah.
  5. Banyaknya media digital yang menimbulkan rendahnya minat baca.

Melihat persoalan bangsa yang demikian krusial dalam hal kesadaran literasi, dibutuhkan kerja sama banyak pihak untuk mengatasinya. Paling penting adalah adanya tindakan nyata yang bukan sekedar wacana semata. Dibutuhkan intervensi secara sistemik, masif, dan berkelanjutan untuk menumbuhkan budaya literasi di kalangan remaja dan mahasiswa. Pendekatan yang dianggap paling efektif adalah penyadaran literasi sejak dini dengan melibatkan dunia pendidikan. Hal ini tidak dipungkiri hampir seluruh anak berstatus sebagai remaja dan melalui proses pendidikan, sebuah program yang sistematik bisa masuk dengan efektif.

Pembangunan desa merupakan bagian dari pembangunan nasional selain itu pembangunan desa ini memiliki arti dan peranan yang penting dalam mencapai tujuan nasional, karena desa beserta masyarakatnya merupakan basis ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Pembangunan di bidang sumber daya manusia (SDM) cukup mendapat perhatian dari pemerintah khususnya pembangunan sumber daya manusia di tingkat pedesaan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 3 Tahun 2001 bahwasannya Pembangunan sumberdaya manusia menjadi prioritas pembangunan. Kegiatan pembanguan sumber daya manusia di tingkat pedesaan dilakukan pemerintah melalui berbagai jalur kegiatan, baik melalui pendikan formal maupun melalui jalur pendidikan informal. Melalui perpustakaan desa, kegiatan pendidikan informal dalam pemberdayaan masyarakat dapat tercapai apabila adanya penyediaan bahan bacaan yang didekatkan ke masyarakat pada taman bacaan tersebut. Sehingga perpustakaan desa dapat dipandang strategis oleh pemerintah dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat pada tingkat desa/kelurahan. Perpustakaan desa merupakan wadah sebagai salah satu sumber bahan bacaan bagi masyarakat perihal mecerdaskan dan memberdayakan masyarakat, serta dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional.

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang dikelola oleh pemerintah dan melayanai masyarakat umum. Sehingga perpustakaan desa dapat menjadi ujung tombak bagi ketersediaan informasi di tingkat desa. Demi kelancaran perpustakaan desa diperlukan lah standar-standar tertentu yang harus dipenuhi agar kedepannya perpustakaan desa tersebut dapat berjalan dengan baik. Standar perpustakaan yang dimaksud meliputu koleksi, sarana prasarana, pengolahan, layanan dan SDM/pustakawan (SNP 005: 2011). Akan tetapi fakta nya adalah pemerintah mengalami berbagai kesulitan ataupun kendala dalam membangun perpustakaan desa tersebut, meliputi ketiadaan gedung, koleksi hingga ketiadaan SDM dalam membangun dan mengelola perpustakaan tersebut. Kurangnya antusiasme masyarakat terhadap minat baca dalam pembangunan perpustakaan desa disebabkan juga oleh kurangnya memaknai dan penting nya keberadaan perpustakaan di lingkungan mereka.

Pentingnya peran pemuda desa sebagai ujung tombak dalam pencapaian serta keberhasilan pembangunan di desa sangat diperlukan mengingat pemuda merupakan generasi penerus kepemimpinan di desa. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, para pemuda desa dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berkompetisi dengan pemuda di luar desanya. Bahwasanya pemuda merupakan generasi yang memiliki masa depan yang masih panjang dalam memperbaiki kehidupannya (Margono, 1992). Selain itu, pemuda juga memiliki kemampuan yang lebih baik jika dibandingkan dengan masyarakat desa pada umumnya yang sudah berumur. Maka dari itu perlunya penguasaan teknologi informasi kedepannya dapat menjadikan pemuda sebagai pelopor literasi informasi di desa. Literasi informasi sangat penting agar pemuda mampu membentengi anak-anak dan remaja dari efek negatif teknologi informasi khususnya internet akibat banjir informasi (Shenk, 1998; Purwono, 2008; Ariyani, 2014). Selain dapat menjadi kegiatan positif pemuda sebagai penggerak dalam membangun budaya baca sangat diperlukan agar kedepannya dapat mendorong kreatifitas anak-anak muda untuk tampil di depan umum di tengah-tengah masyarakat global. Segala potensi khas desa bisa dikembangkan dan dipromosikan ketika pemuda sudah melek dalam hal teknologi, informasi dan komunikasi. Lambat laun akan tercipta masyarakat desa yang literat (Naibaho, 2007; Proboyekti, 2008). Sehingga perpustakaan desa bisa menjembatani ke sebuah situasi ideal seperti yang diharapkan kedepannya.

Sesuai dengan judul yang dicantumkan oleh penulis yaitu, “MOTELALI : inovasi dalam upaya meningkatkan mutu perpustakaan desa dan mutu literasi” dari judulterdapat sebuah singkatan MOTELALI, maksud dari arti tersebut merupakan singkatan dari inovasi yang akan dipaparkan penulis pada esai ini, berupa terobosan kreatif serta gagasan atau ide untuk mengatasi solusi permasalahan yang terjadi pada perpustakaan desa dan mutu literasi.

Terobosan kreatif menurut penulis untuk menunjang tingkat literasi dan perpustakaan guna mengatasi permasalahan pada saat ini. Terobosan inovasi kreatif menurut penulis yang disingkat dengan MOTELALI adalah sebagai berikut:

MO: Movement to Build A Library

Inovasi ini mengacu pada fasilitas sebuah perpustakaan, dimana yang dapat kita rasakan maupun kita lhat secara umum perpustakaan yang ada pada saat ini masih bayak yang belum memadai tentu juga akan berpengaruh pada kenyamanan pengunjung. Apabila hal ini tidak diatasi dengan baik maka tingkat minat baca dan literasi akan terus menurun.

Cara kerja inovasi ini dengan membuan suati event tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat bertujuan melengkapi fasilitas di sebuah perdesaan yang menjadi tujuan di setiap daerah. Contoh event tersebut ialah mengadakan lomba cipta rak buku kreatif, tenologi tepat guna, cipta puisi yang berkaitan dengan dunia perpustakaan. Lalu hasil karya setiap peserta kita manfaatkan untuk mengatasi krisis fasilitas di berbagai perpustakaan. Dengan cara ini inovasi ini dapat membantu memfaslitasi sebuah perpustakaan. Inovasi ini juga dapat mengurangi pengeluaran pemerintah setempat untuk melengkapi fasilitas perpustakaan yang ada.

O: One Hundred Books of One Goodnes (100 Books to 1 Goodness)

Inovasi ini bertujuan bagaimana sebuah perpustakaan yang ada di perdesaan mengenai fasilitas buku lebih ter-update dan memadai, tidak hanya buku-buku bacaan yang telah usang tetapi dengan adanya inovasi ini juga membantu mengembangkan mutu literasi di sebuah perpustakaan yang ada. Dampak inovasi ini tentunya kepada masyarakat juga agar lebih mudah menemukan bacaan yang dulunya sulit di dapatkan hingga akhirnya dapat didapatkan dengan mudah di perpustakaan setempat serta menambah jumlah buku yang ada tanpa harus mengeluarkan biaya untuk membeli buku-buku tersebut.

Cara kerja inovasi ini ialah setiap penjualan 100 buku pada buku terbitan tebaru maka diharuskan mengirim 1 buku pada salah satu desa, hal ini dilakukan pada 1 bulan pertama buku terbit, dengan cara seperti itu meningkatkan persediaan buku bacaan baru dan buku bacaan yang susah diakses menjadi seperti datang seriap bulannya pada satu desa.

Inovasi ini dapat dikembangkan apabila ada kerja sama antara pemerintah dengan pihak penerbit, contohnya dengan mengeluarkan kebijakan atau kewajiban atau hal lainnya yang mengacu pada inovasi tersebut agar daoat terjalankan.

TE: Ten Stars One Kindness (10 Bintang 1 Kebaikan)

Terobosan ini dilakukan di dalam perpustakaan guna untuk meningkatkan jumlah baca serta pengunjung perpustakaan itu sendiri. Dimana yang kita ketahui saat ini perpustakaan hanya sebagai pajangan di berbagai daerah tetapi fungsinya tidak terjalankan dengan baik. Oleh karena itu menurut penulis ini merupakan terobosan tepat untuk mengatasi permasalahan ini,

Cara kerja inovasi ini dengan mengkreasikan buku perpustakaan yang guna untuk mencatat buku pinjaman menjadi sebuah kegiatan yang harus dicapai oleh pengunjung perpustakaan. Sistem kerjanya yaitu siapa yang dapat mengumpulkan 10 bintang pada buku perpustakaan maka berhak mendapatkan hadiah dari perpustakaan itu, Maka timbullah sebuah pertanyaan ”Bagaimana cara untuk mengumpulkan bintang tersebut?”, caranya adalah 1 bintang dapat kita raih apabila pengnjung telah meminjam 10 buku pada perpustakaan itu. Tentunya setiap 10 buku bacaan yang telah dipinjam pustakawan akan memberikan bintang pada buku perpustakaan peminjam, maka didapatkan 1 bintang. Apabila pengunjung telah berhasil mengumpulkan 10 bintang dari pustakawan maka pengunjung berhak mendapatkan sebuah hadiah dari perpustakaan.

Inovasi sangat relevan apabila kita laksanakan karena pemikiran manusia zaman sekarang mereka tidak ingin melaksanakan sesuatu apabila tidak ada tujuan yang diinginkan, dengan adanya inovasi ini pengunjung berlomba lomba untuk ke perpustakaan, membaca diperpustakaan serta mengajak teman lainnya untuk mengunjungi perpustakaan tersebut. Hasilnya kita dapat meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap perpustakaan, meningkatkan minat baca, meningkatkan pengunjung perpustakaan tiap harinya, daln hal hal lainnya,

LA: Layanan Silang (X) Perpustakaan Kota dan Perpustakaan Perdesaan

Inovasi atau gagasan ini mengacu pada permasalahan sumber buku, inovasi buku, pustakawan, fasilitas. Ide ini bertujuan bagaimana sebuah perpustakaan desa tidak kalah jauh dengan perpustakaan yang ada di kota. Dikarenakan sampai saat ini perpustakaan desa jauh tertinggal dari bebagai aspek dengan perpustakaan yang ada di kota.

Sistem ide kali ini dengan cara layanan silang maksdunya ialah sebuah agenda bulannan maupun tahunan tergantung keputusan yang bersangkutan untuk memberikan pembinaan dari pihak kota terhada pihak desa. Bukan hanya pembinaan melainkan bisa dalam fasilitas. Bukan hanya menguntungkan pihak dari perpustakaan desa saja tetapi pihak desa juga bisa memberikan keunggulan mereka untuk disalurkan kepada pihak perpustakaan kota. Sebab ada beberapa desa juga yang jauh lebih maju perpustakaan dan budaya literasinya dibandingkan dengan pihak kota.

Dengan adanya ide ini maka akan memaksimalkan beberapa aspek sebab pada akhirnya juga membuat semua pihak saling menguntungkan dan bisa saling berkerja sama dengan baik. Dan juga dapat mengubah pandangan masyarakat setempat mengenai perpustakaan desa.

LI: Literasi Digital di Dunia Pendidikan

Salah satu tujuan literasi ialah maningkatkan kemampuan penalaran, membuat seorang berpikir kritis, meningkatkan pengetahuan dan informasi. Hal ini peru ditanamkan didunia pendidikan. Inovasi ini adalah perkembangan dari kebijakan pemerintah pada saat kurikulum 2013 dilaksanakan. Pada kurikulum 2013 diharuskan setiap siswa dalam satu hari melakukan kegiatan literasi selama 15 menit. Program ini efektif terjalankan dengan secara merata di dunia pendidikan, sebab kita harus memperhatikan perkembangan zaman pada saat ini. Dimana pola pikir siswa sudah berubah akibat perkembangan zaman, dan hal seperti itu sudah dianggap ketinggalan zaman oleh para siswa. Maka dari itu muncullah suatu inovasi dari penulis untuk meningkatkan literasi pada zaman ini di dunia pendidikan.

Sistem kerja ini menggunakan fasilitas seperti speaker kelas, proyektor disetiap kelas dan sebuah buku rangkuman yang dimiliki wajib oleh semua siswa. Hampir sama dengan program kurikulum 2013 tetapi yang berbeda disini cara atau sistemnya. Inovasi ini dengan menggunakan mempersiapkan materi atau sebuah informasi dalam bentuk suara atau video maka yang harus dilakukan oleh para siswa merangkum atau menganalisa hal yang mereka dengar dengan menuliskan dalam buku yang telah dikhusukan untuk hal tersebut.

Dengan inovasi ini dapat melatih analisa dan pemikiran kritis siswa sesuai dengan tujuan literasi. Inovasi ini merupakan solusi meningkatkan literasi di dunia pendidikan pada zaman sekarang yang telah terpengaruh oleh perkembangan zaman.

Permasalahan tingkat literasi harus menemukan suatu inovasi sesuai dengan kebutuhan yang ada berdasarkan berbagai aspek serta kondisi ditiap daerah. Beberapa inovasi dan gagasan ide seperti membuat suatu penggalangan untuk meningkatkan suatu buku diperpustakaan tanpa memikirkan jumlah yang harus dibayar, dengan membuat program MOTELALI yang berisi terobosan “Movement to build a library” unutk meningkatkan fasilitas perpustakaan di berbagai daerah dengan tujuan mengurangi pengeluaran pemerintah, dengan mebuat gagasan “100 books of 1 goodness” untuk memfasilitasi buku buku terbaru di perpustakaan yang sulit didapatkan pada suatu daerah, dengan membuat event/perlombaan, program ”10 bintang 1 hadiah” bertujuan untuk meningkatkan jumlah pengunjung dan minat baca suatu perpustakaan, dengan membuat inovasi “Layanan silang (X) Perpustakaan kota dan Perpustakaan perdesaan” bertujuan untuk meningkatkan mutu perpustakaan perdesaan agar tidak kalah dengan perpustakaan kota, dengan membuat terobosan kreatif “Literasi Digital di dunia pendidikan” bertujuan meninkatkan mutu pendidikan dan literasi didunia pendidikan. Dengan adanya bebeapa inovasi kreatif penulis dapat memecahkan sebuah solusi permasalahan yang berkaitan dengan perpustakaan desa, tingkat literasi, fasilitas perpusakaan, mutu pendidikan, dsb.

Daftar Pustaka:

  • Margono, Slamet. 1992. Mahasiswa dalam Pembangunan. Lampung: Universitas Lampung.
  • Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. 2001. Keputusan Menteri dalam Negeri dan Otonomi Nomor 3 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Perpustakaan Desa/Kelurahan
  • Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Diakses pada 7 Januari 2016
  • Perpustakaan Nasional RI. 2011. Standar Perpustakaan Desa/kelurahan SNP 005:2011. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2011.
  • Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan
  • Perpustakaan Nasional RI. 2011. Standar Perpustakaan Desa/kelurahan SNP 005:2011. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2011.
  • Puskomda Surabaya Raya. 2008. Potret Pendidikan Indonesia. http://www.fsldkn.org/ke- ummat-an/potret-pendidikan-indonesia.html. Diunduh pada 8 Januari 2008.
  • Sebagian isi dari tulisan esai ini adalah ide dan pendapat tim penulis

BIOGRAFI PENULIS

1. Nama : Divo Afrianto
Tempat dan Tanggal Lahir : Duri, 27 oktober 2002
Domisili : Riau
Pendidikan terakhir : SMA
Jabatan : Ketua
Prestasi :
Kontak person : divoafrianto1002@gmail,com

2. Nama : Anisah Rahmah Handani
Tempat dan Tanggal lahir : Bantan Tua, 14 mei 2001
Domisili : Riau
Pendidikan terakhir : SMA
Jabatan : Anggota
Prestasi :
Kontak person : 082214944691

3. Nama : Ilham Permana Putra
Tempat dan Tanggal Lahir : Pantai raja, 5 april 2002
Domisili : Riau
Pendidikan terakhir : SMA
Jabatan : Anggota
Prestasi :
Kontak person : 089627937292

4. Nama : Prisca Alvionita
Tempat dan Tanggal Lahir : Tambak. 06 januari 2002
Domisili : Riau
Pendidikan terakhir : SMA
Jabatan : Anggota
Prestasi :
Kontak person : 082390905804

5. Nama : Thifal Joitsa
Tempat dan Tanggal Lahir : Bengkalis, 28 September 2002
Domisili : Riau
Pendidikan terakhir : SMA
Jabatan :
Prestasi :
Kontak person : 08217082546

 

Related Posts

11 thoughts on “Motelali: Inovasi dalam Upaya Meningkatkan Mutu Perpustakaan Desa dan Mutu Literasi

  1. Muhammad Zukri Al Walidani berkata:

    Bagus banget, informatif

    1. Divo Afrianto berkata:

      makasih banyak bang udah ninggalin jejak dikarya kami 🙏🏻🙏🏻

    2. Anisah Rahmah Handani berkata:

      Terima kasih banyak bang

  2. Muhammad Zukri Al Walidani berkata:

    Keren banget, informatif

  3. Sri Lestari berkata:

    Bwahahaha

  4. Mutiara berkata:

    Kerennnnn

  5. Ilham Permana Putra berkata:

    Terimakasih semuanya🙏🏻

  6. Ardtaz Rayu berkata:

    Wahh, bagus

  7. Rayhan Thoriq Ramadhan berkata:

    Terimakasih telah memberi informasi yang berguna seperti ini, sukses terus para kreatir blog nya😁

  8. Herliana Rahmi MD berkata:

    Benar sekali, memang perlu adanya penguasaan teknologi informasi kedepannya yg dapat menjadikan pemuda sebagai pelopor literasi informasi. Melihat jaman sekarang masyarakat pada minim pengetahuan. Ayo pemuda ttp semangat menyebarkan kegiatan yg positif 🙌

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *